Home > World Of ICT > Link Aggregation Control Protocol (LACP) pada Mikrotik CCR1036-12G-4S dan Cisco Catalyst C3KX-NM-10G

Link Aggregation Control Protocol (LACP) pada Mikrotik CCR1036-12G-4S dan Cisco Catalyst C3KX-NM-10G


Link Aggregation/standard IEEE 802.3ad merupakan salah satu teknologi yang memungkinkan kita untuk melakukan “grouping” atau pengelompokan Interface Ethernet pada layer fisik (Physical Interface) dan menjadikannya “seolah-olah” merupakan satu interface secara keseluruhan, standard 802.3ad ini seringkali juga dikenal dengan istilah Link Aggregation Group (LAG), ada juga yang memperkenalkannya dengan istilah Bonding atau Bundle (Linux), Port Channel (Cisco),

Tujuan implementasi dari LAG sendiri bisa bermacam-macam, misalnya;

  • Untuk membuat network yang fully High Availability (HA) dan menghindari “single point failure”.
  • Untuk meningkatkan kapasitas link dengan mengagregasi beberapa physical interface.
  • Untuk memanfaatkan resource yang ada seoptimal mungkin.
  • Untuk alasan ekonomis dan efisiensi.

Standar IEEE 802.3ad (Link Aggregation)  lebih jelasnya terlihat pada gambar  (gambar 1 dan 2)

LAG1

LAG2Sumber (http://www.ieee802.org/3/hssg/public/apr07/frazier_01_0407.pdf)

Contoh implementasi antar Switch bisa anda lihat pada gambar 3

LAG SW to SWSumber:   http://cs.uccs.edu/~scold/doc/linkage%20aggregation.pdf

Setelah LAG berhasil dicreate, maka layaknya sebuah interface yang baru, kita sudah dapat melewatkan traffic data, VLAN PPPoE, MPLS, dan routing juga bisa diimplementasikan pada interface ini.

LAG-VLAN
Sumber:, http://www.juniper.net/techpubs/en_US/junose14.2/topics/concept/802.3ad-link-aggregation-understanding.html

Saya rasa cukup untuk penjelasan tentang LACP ini, lebih lengkapnya silahkan baca-baca melalui url yg sudah saya posting diatas.  Posting kali ini saya ingin berbagi pengalaman kepada pembaca mengenai studi kasus berikut,
1. Punya perangkat Mikrotik CCR seri Routerboard CCR1036-12G-4S (Tidak support SFP+ / 10GbE).
2. Punya perangkat Manage Switch seri Cisco Catalyst C3KX-NM-10G (Support SFP+ / 10 GbE).
3. Punya beberapa server produksi dengan NIC 1GbE.
4. CCR terhubung ke Internet Public dengan routing protocol Border Gateway Protocol (BGP) dengan mempublish Autonomous Number (ASN) dan prefix network IPv4/IPv6.
5. Beberapa server produksi terhubung ke Catalyst C3KX-NM-10G dengan mengunakan interface 1GbE, Catalyst juga terhubung ke CCR melalui interface 1GbE.
6. Link internet publik yang diturunkan ke Provider sebesar 2 Gbps, melalui 2 physical interface yang masuk ke CCR.
7. Link 2 Gbps ini akan disalurkan ke jaringan dibawahnya.
8. Bagaimana solusinya ??????

Langsung saja saya bahas solusinya;

  1. Langkah pertama adalah menggambarkan topology yang nantinya akan diimplementasikan (agar jelas dan tidak tersesat dalam melangkah 🙂  ) .Topology
  2.  Langkah kedua create interface Bonding pada CCR
    bonding1

Create Bonding Inteface di CCR

bonding2

Create Bonding Member Interface (saya pilih hanya 2 interface saja dari 16 Interface yg ada)bonding3

Assign IP Address pada Interface Bonding

3.   Create LAG  di Cisco Catalyst C3KX-NM-10G dan aktifkan Port Channel

Setup Ports
Switch(config)#interface range gigabitEthernet 1/0/1 – 2
Switch(config-if-range)#flowcontrol receive on
Switch(config-if-range)#spanning-tree portfast
Switch(config-if-range)#no storm-control unicast level
Switch(config-if-range)#no shutdown
Switch(config-if-range)#exit
Switch(config)#system mtu jumbo 9198

Configure Port Channel untuk LAG
Switch(config)#interface Port-channel 1
Switch(config-if)#flowcontrol receive on
Switch(config-if-range)#no spanning-tree portfast
Switch(config-if)#switchport mode access VLAN XXX
Switch(config-if)#exit 

Terakhir dicek apakah link aggregat total 2 Gbps sudah jalan atau belum

testhasil

O iya pada sisi Mikrotik, interface Bonding bisa saja di set dengan mode RR (Round Robin) artinya traffic data akan dipecah secara paralel pada 2 interface yang dibuat tadi, sehingga load pada masing-masing interface akan sama besar, secara default 802.3ad akan memaksimalkan terlebih dahulu traffic pada 1 interface, apabila ada beban yg lebih dari kapasitas interface maka load akan dipindahkan ke interface berikutnya, nah kelebihannya dengan multiple interface yang dibuat tadi, apabila ada 1 link yang putus maka link yang lain masih dapat dipergunakan tanpa mengganggu kinerja jaringan.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

  1. No comments yet.
  1. October 29, 2016 at 4:54 pm

Leave a comment